Senin, 20 Desember 2010

Mush'ab Bin Umair radhiyallahu 'anhu

Beliau adalah sahabat yang mulia, bernama Mush’ab bin ‘Umair –semoga Allah meridhoinya-,  atau biasa dipanggil dengan Mush’ab Al-Khair, saat mudanya dan sebelum masuk Islam merupakan seorang pemuda yang ganteng, gagah dan kaya raya, selalu memakai pakaian yang mewah dan dikenal oleh masyarakat Mekkah dengan penampilannya yang selalu necis dan style, sedangkan bapak dan ibunya merupakan orang terpandang yang terkaya dari penduduk Mekkah yang kaya raya, dan keduanya sangat mencintainya, karena itu setiap keinginannya selalu dipenuhi dan permintaannya selalu dituruti.
Mush’ab mendengar apa yang telah didengar oleh penduduk Mekkah dari seruan (dakwah) Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam untuk beribadah kepada Allah Ta'ala saja dan meninggalkan penyembahan berhala yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudhorat, memberikan persamaan antara manusia dan menyeru untuk berbuat dengan akhlak yang mulia, hingga jiwanya pun tergerak dan batinnya bergolak ingin mengetahui lebih jauh agama yang baru didengarnya ini, hingga, tidak beberapa lama beliau segera menemui Rasulullah saw di tempat Darul Arqam bin Abi Al-Arqam dan merelakan diri untuk masuk Islam.
Adapun ibunya Khannas binti Malik memiliki kewibawaan yang tinggi dan Mush’ab pun sangat menghormatinya, setelah masuk Islam beliau merasa khawatir berita ini tersebar dan sampai kepada ibunya, sehingga beliau merasa perlu menyembunyikan perihal dirinya telah masuk Islam hingga datang waktu yang tepat seperti yang telah Allah tetapkan ketentuannya.
Beliau selalu datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam di darul arqom untuk menunaikan sholat dan mendengarkan ayat-ayat Allah, namun pada suatu hari Utsman bin Tolhah melihat dirinya sedang menunaikan sholat bersama Rasulullah. Akhirnya diapun pergi kepada ibu Mush'ab dan mengabarkan apa yang disaksikannya. Sang bunda dan kaumnya sangat marah terhadapnya, namun pemuda yang beriman dan teguh keimanannya tetap tenang berdiri dihadapan mereka sambil membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dengan harapan Allah Ta'ala membukakan hati mereka dengannya, namun Allah  berkehendak lain, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menahan dan mengurung beliau serta menyiksanya, namun beliau tetap bersabar dan menganggapnya semua ini merupakan perjuangan di jalan Allah.
Suatu hari ibunya tidak memberikan kepadanya makanan dan melarang memakan makanan miliknya bagi siapa yang mengecam dan mengejek tuhan-tuhannya walaupun dia anaknya sendiri, bahkan dia mengusirnya dari rumahnya sambil berkata : “Pergilah engkau menuruti urusanmu dan jangan anggap lagi saya sebagai ibumu”. Walaupun dengan tindakan yang sedemikian keras dan kejamnya Mush’ab tetap berusaha mendekati ibunya dan berkata kepadanya : “Wahai ibuku, saya punya nasehat untuk engkau, dan atasmulah kasih sayang, maka bersaksilah bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan bahwasannya Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya”. Maka beliaupun menjawab dengan kemarahan :”saya bersumpah untuk tuhan-tuhan, saya tidak akan masuk ke dalam agamamu hingga saya menjadi hina dan akal saya menjadi lemah”.
Saat Mush’ab mendengar sebagian kaum muslimin keluar melakukan hijrah ke Habsyah, beliaupun ikut melakukannya, kemudian kembali ke Mekkah bersama mereka yang kembali kesana, dan saat itupun kaumnya melihat keadaan beliau setelah kembali hingga hati mereka menjadi trenyuh dan merasa kasihan dan tidak melakukan penyiksaan kembali.
Dan setelah berlangsungnya bai’at pertama dan kedua, seseorang dari kaum Anshor datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam meminta untuk diutus salah seorang dari sahabat yang pandai membaca Al-Qur’an untuk mengajarkan kepada mereka tentang Al-Qur’an dan perkara agama. Maka Rasulullah saw memilih Mush’ab untuk menjadi duta pertama keluar Mekkah, dan orang yang pertama kali hijrah ke Madinah Al-Munawwaroh, dan Mush’ab pun akhirnya meninggalkan kota Mekkah untuk yang kedua kalinya mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, dan mengemban amanat da’wah kepada Allah, dan memohon pertolongan dari Allah akan ni’mat yang dikaruniakan kepadanya berupa akal yang jernih, akhlak yang mulia, hingga penduduk Madinah merasa takjub dengan kezuhudannya dan keikhlasannya sampai mereka mau masuk kepada agama Allah.
Mush’ab menyeru manusia kepada agama Allah dengan penuh hikmah dan mau’idzah hasanah (pelajaran yang baik), sehingga banyak dari para pemuka penduduk Madinah yang masuk Islam karenanya, seperti : Asid bin Khadir dan Sa’ad bin Mu’adz.
Hari-hari pun berlalu hingga berganti minggu, bulan dan tahun, dan akhirnya Rasulullah  dan sahabatnya melakukan hijrah ke Madinah, sedangkan orang-orang suku Quraisy naik pitam hingga mereka menyiapkan bala tentara mereka untuk menyerang kaum muslimin, dan peperanganpun terjadi, pasukan muslim bertemu dengan orang-orang kafir dalam perang Badr, hingga akhirnya kaum muslimin memenangkan perang tersebut. Kemudian datang perang Uhud dan Rasulullah memilih Mush’ab untuk membawa bendera, kemudian perangpun berkecamuk dengan dahsyatnya, dan pada mulanya kaum muslimin memenangkan perang tersebut namun seketika menjadi suatu kekalahan saat para pemanah melanggar instruksi Rasulullah saw, mereka turun dari gunung dan berebut mengambil harta rampasan, hingga orang-orang musyrik berbalik menyerang kaum muslimin sehingga barisan muslimin bercerai berai, sedangkan pada saat itu para musuh berkonsentrasi ingin membunuh Rasulullah hingga mereka selalu mencari dan mengintai beliau, namun Mush’ab mengetahui kejadian tersebut hingga secepat kilat beliau berteriak dan melakukan putaran dan menyerang guna mengalihkan musuh kepada rencana busuk mereka untuk membunuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau masuk ke tengah-tengah barisan musuh, lalu salah seorang dari mereka menebas tangan kanannya hingga putus, kemudian Mush’ab memegang bandera dengan tangan kirinya dan ditebas lagi hingga putus, akhirnya beliau berusaha meraih bendera tersebut dengan dadanya sambil berkata : “Tidaklah Muhammad itu orang lain kecuali Utusan Allah dan telah berlalu sebelumnya para Rasul”. Akhirnya musuh yang sedang kesetanan saat itu memukulnya dan membunuhnya hingga Mush’abpun syahid.
Setelah perang Uhud berakhir Rasulullah dan para sahabatnya melakukan pemeriksaan tempat kejadian perang, guna mencari dan mengubur para syuhada, dan disisi mayat Mush’ab mengalir air mata yang deras, mereka tidak mendapatkan kain yang dapat dijadikan penutup terhadapnya kecuali pakaiannya yang pendek, jika kepalanya ditutup maka kakinya akan terbuka dan jika kakinya ditutup maka kepalanya akan terbuka, maka Nabipun bersabda : “Tutuplah kepalanya dengan kain itu dan letakkanlah diatas kakinya Idzhir (tanaman yang memiliki wangi yang harum)!!”.
Mush’ab kembali keharibaan Allah dan benarlah firman Allah Ta'ala : “Di antara orang-orang Mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya”. (QS. Al-Ahzab : 23). Sambil melihat para syuhada Uhud Rasulullah saw bersabda : “Saya bersaksi bahwa mereka adalah para syuhada disisi Allah pada hari kiamat kelak, dan demi yang jiwaku berada pada genggaman-Nya tidaklah seseorang memberikan salam kepada mereka hingga hari kiamat kecuali akan kembali kebaikannya kepadanya”. (Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
 Demikianlah, sahabat. Kisah Mus'ab Bin umair... Seorang Pemuda yang di masa jahiliyah-nya merupakan pujaan para gadis, harta yang melimpah ruah. Namun itu semua ia tinggalkan tatkala mendengar seruan untuk Berislam... Walau seluruh sanak kerabatnya mengucilkan, ia tetap tak bergeming. Salah satu hal yang menjadi Ibra (pelajaran) bagi kita adalah, betapa gigihnya pun kita berjuang untuk Islam saat ini, mungkin Kemenangan dan Kejayaan Islam akan dirasakan oleh anak cucu kita kelak, seperti yang dialami oleh Mush'ab bin Umair. Beliau berjuang dari zaman Islam masih tertindas di Makkah, dan Syahid pada saat Islam hampir menemui kejayaan di Dunia. Yang harus kita lakukan adalah, Ikhlas Berjuang, Mempersiapkan bekal, dan strategi semaksimal mungkin. Dan yang berhak memberikan kemenangan adalah Allah 'Azza wa Jalla.


wallahu A'lam bish shawab.

2 komentar:

Blog